Awas Copet!

Bapak itu mendadak berhenti di depan pintu kopaja P20, menghalangi jalan saya turun dari bis. Saya merasa tas saya ditarik-tarik dari belakang, ada yang tak beres! Saya tarik tas lalu menengok ke belakang. Ada tiga atau empat laki-laki lain di belakang saya.

Dengan curiga saya turun sambil memeriksa tas. Bis melaju pergi. Saya tak menemukan kantung hape warna hitam yang selalu saya bawa kemana-mana. Isinya hape Nokia E71 dan recorder Safa beserta perlengkapannya. Saya langsung lemas. Merasa bodoh dan tak berdaya, padahal pencopet di depan mata.

Saya seharusnya melakukan sesuatu tadi. Tapi saya terlalu bodoh dan kaget.

Sedih tentunya, karena hp dan recorder itu alat kerja saya sehari-hari sebagai orang selalu berkeliaran di lapangan. Apalagi hp dan recorder itu hadiah ulangtahun dari pacar saya. Juga menyesali ribuan kontak yang ada di dalamnya. Banyak kontak penting yang saya khawatir disalahgunakan. Semoga si pencopet tak cerdas dan menghapusnya.


(Kantor di pangkuan: Foto terakhir si E71 dan Safa)

But i tended to blame goverment when bad things happen. Copet memang ada di semua tempat meski negara maju sekalipun. Tapi kriminalitas meningkat karena lapangan kerja yang rendah, kemiskinan, ketidakmampuan pemerintah menjaga keamanan warganya.

Pekan lalu saya meliput rancangan undang-undang Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara tahun 2011. Pemerintah mentargetkan penurunan kemiskinan sampai 10 persen dan pengangguran 8 persen. Tapi delapan dan sepuluh persen itu adalah manusia yang butuh makan juga setahun ini, bukan hanya angka diatas kertas pada sebuah ruangan berpendingin udara.

Saya juga menyalahkan sistem transportasi yang buruk. Angkot di Jakarta dibiarkan liar, seenaknya menaikturunkan penumpang, tak ada yang peduli dengan sopir tembakan, tak punya standar baku mutu. Siapa yang mau naik transportasi umum jika bahaya mengancam di depan mata? Bahaya jatuh dari bis karena tak mau berhenti sepenuhnya saat menurunkan penumpang, bahaya copet, bahaya kecelakaan karena sopir kanak-kanak dan kebut-kebutan.

Pemerintah terlalu abai, warga harus menjaga diri sendiri.

Saya ikhlaskan barang-barang saya, toh saya masih punya bebe, masih punya pacar baik yang (semoga) mau memberi hadiah lagi *kedipkedip*. Tapi saya tak rela melihat kondisi ini terus menerus tanpa ada perubahan.

####

Tips menjaga diri sendiri dari copet:
(berdasarkan pengalaman)

1. Waspada!
2. Jangan menerima telepon dalam angkutan umum. Saya kecopetan setelah menerima telepon.
3. Tas ransel adalah tas paling aman, gendong di depan dada. Saya kecopetan dengan tas selempang.
4. Usahakan hanya membawa satu tas saja. Tentengan tambahan membuat konsentrasimu terpecah.
5. Siapkan ongkos sehingga tak perlu membuka tas untuk mengambil dompet.
6. Bereaksilah dengan cepat jika ada hal yang mencurigakan. Misalnya tas ditarik.
7. ….. ada yang mau memberi tambahan?

11 thoughts on “Awas Copet!

  1. lebih aware sama tanda-tanda dari sopir/kernet. waktu kasus kehilangannya akuh itu, kernet kayak ngasi tanda dengan tangan dan mata, tapi aku gak ngeh sama sekali.

  2. pasang muka sangar ce. Klo perlu, muka dicat segala biar keliatan garang…

    Koq bisa si ce, mang pas lagi ngopo kuwi? Untung kowe ga keno opo2…jawa, mode: ON

  3. hehehe…begitulah ganasnya kota Ibukota…
    saya sendiri juga pernah punya pengalaman sama tapi bedanya di kereta…
    klo teman saya lebih sadis lagi…di Kopaja, Netbooknya yg semula di dalam tas yg digendong lenyap ! hehe
    intinya…selalu WASPADA dan jgn menunjukkan barang berharga saat di tempat2 umum dan kendaraan umum….

  4. pengalaman pas awal2 di ibukota: digerayangi copet, mereka pura2 mau masuk, tapi tangannya beraksi. untung saya masih cukup responsif 😛 lain hari, nggak dicopet, tapi dirampok. dipepet 2 orang, dimintai duit. jakarta memang ganas…

  5. wah jadi ingat hampir mengalami kejadian yang sama di terminal Kalideres beberapa waktu lalu, untungnya saat sang pencopet membuka ritsleting backpack saya, benda2 berharga sudah terbungkus rapi di dasar tas, selamat lah saya hari itu.

    siapkan ongkos di saku serta waspada saat akan naik kendaraan umum memang paling disarankan, mbak Cya. Bukan berarti harus paranoid juga sih, just in case saja ^_^ Salam kenal!

Leave a Reply to Dee Cancel reply

Your email address will not be published.