Review: Terbang dengan kelas bisnis full flat bed Air Asia X

Karpet merah menyambut saya di Chengdu Shuangliu International Airport, Cina, 30 Mei lalu. Untuk pertama kalinya saya akan terbang di kelas bisnis! #ndeso

tiket-airasia

Saat boarding, penumpang kelas bisnis dipanggil duluan, kami masuk, meletakkan bagasi dan langsung duduk, lagi-lagi tak perlu antre. Sementara menunggu penumpang kelas ekonomi masuk, pramugari membagikan jus jeruk dan bertanya apakah kami mau teh atau kopi untuk teman makan siang, dengan gula atau susu?

Sebelum lepas landas pramugari mengambil gelas jus dan membagikan sebotol air dan berpesan, jika airnya kurang bisa tambah. Tidak seperti penerbangan non-budget yang menawarkan aneka pilihan minuman, di AirAsia kita cuma boleh nambah air putih ini.

kursi-kelas-bisnis-airasia

Setelah terbang, pramugari membagikan selimut dengan menyebut nama masing-masing penumpang. Selimutnya empuk dan hangat sekali, saya biasanya selalu kedinginan di pesawat dan masih butuh pakai jaket di balik selimut, kali ini cukup tak perlu pakai jaket. Teh atau kopi sesuai permintaan juga dibagikan dalam gelas kertas.

makanan-air-asia

Pramugarinya terasa jauh lebih ramah dibandingkan ketika saya duduk di kelas ekonomi. Tapi mungkin memang lebih mudah juga melayani 12 orang ini dibanding ratusan penumpang di belakang sana.

Setelah beberapa saat, pramugari mulai membagikan makan siang. Tidak ada pilihan makanan, dan tidak ada makanan khusus.

Menu hari itu Nasi Lemak Pak Nasser dengan ayam dan rendang, salad apel, croissant, mentega dan KitKat. Kenyang!

Setelah baki makanan diambil, jendela kabin ditutup dan lampu-lampu mulai dipadamkan. Waktunya menikmati full flat bed premium seat, yang menurut website AirAsia adalah “kursi lapang yang dapat direbahkan hingga menjadi tempat tidur utuh”.

Dan benar! Kursinya ajaib banget, benar-benar bisa diluruskan menjadi tempat tidur yang datar. Tidak benar-benar datar 180 derajat memang, tapi hampir. Karena tiap kursi ada dalam kabinnya masing-masing, meluruskan kursimu tidak akan menganggu penumpang di belakang. Tingkat kemiringan bisa disetel semudah memencet tombol. *sibuk pencet-pencet*

Saya bisa tidur nyaman seperti di tempat tidur dengan seluruh badan lurus. Penerbangan selama hampir 5 jam jadi tak terasa. Uh seandainya bisa terbang ke Eropa dengan kursi ini.

Nah tapi hati-hati dengan barang bawaan, karena ada celah sempit di antara kursi yang bisa menelan benda-benda. Kamera saya jatuh ke celah, untung saya sadar dan bisa mencarinya dengan memasukkan tangan ke sela-sela.

tombol-kursi-air-asia

Selain bantal dan selimut, kursi juga dilengkapi dengan lampu baca, colokan listrik, sayang tak ada wifi. Tidak ada in-flight entertainment, dan tidak ada tempat untuk menyimpan tas tangan sehingga waktu lepas landas dan mendarat, tas tangan saya harus diletakkan di pangkuan.

Kabin sangat tenang. Kami tidak diganggu dengan aneka penawaran seperti yang biasa dilakukan di kelas ekonomi. Pengumuman untuk kelas bisnis hanya mengenai keamanan terbang (pengumuman dari kokpit). Lamat-lamat saya bisa mendengar suara pengumuman di kelas ekonomi, tapi tak bisa menangkap maknanya.

Tiba di KL, kami diberi kesempatan pertama keluar dari pesawat, dengan pramugari menahan antrean penumpang kelas ekonomi sampai semua penumpang kelas bisnis turun. Mengenai layanan prioritas bagasi saya tak bisa memberi kesaksian, karena hidup terlalu singkat untuk dihabiskan menunggu bagasi.

Harga:
Saya mendapatkan kursi ini dari OptionTown, sebuah perusahaan yang bekerja sama dengan AirAsia untuk menjual upgrade yang tidak laku dibeli. Jadi kita harus mendaftar jauh hari, membayar di awal, lalu menunggu kabar sehari sampai empat jam sebelum penerbangan. Jika tidak diupgrade, uang akan dikembalikan.

Screen Shot 2015-06-06 at 9.42.45 PM

Awalnya saya membayar Rp 960 ribu untuk penerbangan 4 jam 50 menit ini. Harga upgrade dari OptionTown seharga US$ 58 alias sekitar Rp 770 ribu. Upgradenya cukup mahal ya, hampir seharga penerbangannya.

Totalnya jadi Rp 1.730.000 untuk penerbangan selama 4 jam 50 menit, artinya sekitar 350 ribu per jam, menurut saya masih masuk akal. Apalagi jika dibandingkan dengan harga asli tiket kelas bisnis di website AirAsia Rp 5,7 juta. Jadi ketika OptionTown mengirim email sehari sebelum penerbangan dan menyatakan bahwa saya diupgrade, sungguh senang!

Kesimpulannya:

Muka senang!
Muka senang!
Layanan kelas bisnis ini bukan luar biasa, biasa saja seperti yang didapatkan di maskapai-maskapai yang bukan penerbangan murah. Tapi jadi istimewa karena pelayanan ini didapatkan di AirAsia. (Apalagi untuk saya yang sering sekali hampir selalu terbang dengan AirAsia). Dan semua jadi luar biasa karena kursinya.


PS: Ini bukan tulisan berbayar atau penerbangan gratis, tidak ada yang meminta saya menulis dan saya bayar sendiri penerbangan ini.

One thought on “Review: Terbang dengan kelas bisnis full flat bed Air Asia X

Leave a Reply

Your email address will not be published.