10 Mitos Air dan Banjir di Jakarta

Oleh Famega Syavira Putri | Yahoo! News – Sen, 14 Jan 2013

Jakarta punya banyak masalah mengenai air yang selanjutnya memicu timbulnya mitos dan salah kaprah mengenai air dan banjir. Benarkah banjir besar akan datang setiap lima tahun? Dapatkah sistem kanal membebaskan Jakarta dari banjir?

Edwin Husni Sutanudjaja, peneliti post-doct dari Universitas Utrecht, Belanda, menjelaskan kebenaran sepuluh mitos banjir tersebut dalam acara Sabtu Kota, 12 Januari 2013.

1. Apa itu banjir 5 tahunan?
Banjir di Jakarta pada tahun 2002 dan 2007 menimbulkan mitos datanganya banjir lima tahunan. Menurut Edwin, banjir lima tahunan hanya mitos. Banjir besar tidak dapat dipastikan datang setiap lima tahun karena banjir bukan siklus melainkan kejadian acak. Angka lima tahun ini adalah istilah statistik yang menegaskan kemungkinan terjadinya banjir di Jakarta.

“Banjir lima tahunan artinya kemungkinan datangnya banjir adalah 20 persen,” kata Edwin di Jakarta. Ini berarti banjir bisa datang kapan saja tanpa menunggu masa lima tahun, namun setiap tahun risiko banjir terlampaui 20 persen.

2. Air mengalir dari tempat tinggi ke rendah
Prinsip dasar aliran air adalah mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Prinsip ini sangat sederhana, bukan ilmu yang rumit. Prinsip ini kemudian sangat penting untuk memahami air dan banjir.

3. Sistem kanal bisa membebaskan banjir dari Jakarta
Edwin menjelaskan, sistem kanal saja tidak bisa membebaskan Jakarta dari banjir. Dia sepakat dengan Restu Gunawan, penulis buku Gagalnya Sistem Kanal, bahwa sistem kanal tidak akan berhasil karena topografi Jakarta yang datar. Akibatnya, air tak bisa mengalir alami hanya dengan bantuan daya gravitasi.

4. Sistem polder bisa membuat Jakarta bebas banjir
Sistem polder hanya satu bagian dari sistem pengeringan air di Jakarta. Beberapa daerah di Jakarta berbentuk datar dan ada pula yang lebih rendah dari permukaan air laut. Saat inilah polder atau pompa diperlukan. Prinsip polder adalah menahan aliran air yang datang dari tempat yang lebih tinggi. Air ditahan dengan ditampung dan kemudian dibuang dengan cara dipompa.

Edwin menekankan pentingnya menampung air. “Penampungan air akan menurunkan puncak banjir, menurunkan beban saluran di hilir dan menurunkan beban pompa,” kata dia. Penampungan air bisa dilakukan di mana saja, misalnya di sungai, situ, danau, waduk dan air tanah.

5. Benarkah ada banjir kiriman?
Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, sehingga Jakarta yang berlokasi di hilir secara alami akan mendapat limpahan air dari tempat lebih tinggi seperti Bogor.

“Hal yang terpenting dalam manajemen air adalah koneksi antara hulu dan hilir harus lancar,” kata Edwin. Dia juga menekankan pentingnya pemerintah Jakarta bekerjasama dengan daerah lain di untuk mengendalikan aliran air dari hulu.

6. Apa itu Daerah Aliran Sungai?
Daerah aliran sungai adalah daerah dimana terdapat siklus air hujan yang turun, mengalir kembali ke sungai dan menguap. Kunci penataan daerah aliran sungai adalah dengan melakukan penataan tata ruang.

7. Mengapa Jakarta kekurangan air padahal sering kebanjiran?
“Karena ketidakmampuan melakukan manajemen air, tidak ada tampungan air baik di permukaan maupun di tanah,” kata Edwin. Akibatnya, seluruh air langsung menuju ke arah laut.

Penampungan air hujan bisa dimulai dengan mewajibkan gedung-gedung pencakar langit menampung air di atap, dan airnya digunakan untuk menyiram toilet. Adapun penampungan air tanah bisa dilakukan dengan pembuatan biopori dan sumur resapan.

8. Sedimentasi sungai terjadi karena sampah
Sampah bukan alasan utama sedimentasi, karena sedimentasi pasti terjadi di sungai, bahkan di Eropa yang bersih sekalipun. “Masyarakat di bantaran sungai tak dapat disalahkan sebagai penyebab utama sedimentasi,” kata Edwin.

Untuk menghindari sedimentasi, cara paling efektif adalah dengan melakukan pemeliharaan sungai secara rutin. “Sungai perlu dikeruk minimal setiap tahun untuk menyingkirkan endapan yang terbawa arus, hal ini harusnya dianggarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum,” ujar dia.

9. Waduk dan sumur resapan dapat mengurangi banjir.
Sumur resapan dan biopori memang dapat mengurangi banjir, dengan syarat harus mencapai lapisan akuifer yang dapat mengalirkan air, bukan hanya sampai di lapisan lempung.

Peta kedalaman tanah yang mengandung akuifer ini bisa diambil dengan satelit dan diolah dengan perangkat lunak gratis. “Tidak perlu teknologi super canggih dan proyek besar untuk membangun sumur-sumur resapan,” kata dia.

10. Air tanah dalam adalah sumber air yang lestari.
Air tanah dalam atau fossil groundwater adalah air yang terperangkap sejak puluhan hingga ribuan tahun di dalam tanah. Air ini, seperti juga minyak bumi, tak dapat diperbaharui.

Di Jakarta air ini menjadi sumber air utama dan disedot tanpa kenal batas. “Padahal pengambilan air tanah dalam berkontribusi besar terhadap penurunan permukaan tanah,” kata Edwin.

3 thoughts on “10 Mitos Air dan Banjir di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published.