Ada empat unsur penting yang harus diketahui kalau kamu ingin melakukan perjalanan bermobil keliling Eropa. Bahan bakar, tol, parkir dan urusan imigrasi.
1. Bahan bakar
Kami keliling diantar Marvin, Fiat Punto tahun 2004. Marvin berbahan bakar bensin, tapi Nenad memasang instalasi gas di bagasi sehingga mobil berjalan dengan bahan bakar utama gas. Butuh biaya tambahan untuk memasang instalasi ini yang bentuknya mirip tabung LPG yang biasa dipakai di rumah kita, tapi setelahnya biaya bensin jadi lebih murah.
Harga LPG hampir setengah harga bensin. Bensin berharga sekitar 1,2 euro, sedangkan gas atau plin, harganya 0,7 euro. Harga bahan bakar ini bervariasi di setiap negara. Informasi tentang harga bahan bakar sangat berguna untuk menghemat. Harga gas di Bosnia paling murah, sehingga kami tidak mengisi gas di Serbia saat hampir sampai Bosnia. Dan harga gas di Italia paling mahal, jadi jangan lupa memenuhi tangki di Kroasia sebelum melintas batas.
Tapi tak semua pompa bensin menjual gas. Sebaiknya jangan menunggu hingga gas benar-benar habis karena pom bensin berikutnya entah dimana. Di Ljubljana misalnya, kami menghabiskan satu jam berkeliling mencari satu-satunya pompa bensin gas di seluruh kota.
2. Tol
Sejatinya sangat mungkin untuk menggunakan jalan non tol sepanjang perjalanan. Prioritas kami memang lewat jalan non tol karena bisa melihat pemandangan dan mudah berhenti kapan saja. Kebanyakan jalan tol lurus dan membosankan. Tapi ada kalanya kami menggunakan tol karena memang berencana, atau karena terpaksa.
Beberapa negara memaksa kendaraan asing yang melintas untuk membayar uang tol. Jumlahnya tergantung peraturan negara tersebut. Ada yang ditentukan sesuai jumlah hari, ada juga yang tarifnya sama sekali bayar. Di Bulgaria, kami harus membayar 5 euro untuk melintas. Padahal jalan di Bulgaria jelek sekali, sama sekali tak terasa seperti jalanan di sebuah negara Uni Eropa. Rasanya hampir seperti jalanan Jakarta setelah banjir. Bolong, bergelombang, gelap.
Di Kroasia kami juga harus bayar untuk membeli stiker yang berlaku seminggu. Stiker dibeli di toserba sebelum imigrasi lalu ditempelkan di kaca depan. Kalau kendaraan tak menggunakan stiker ini melintas, dendanya bisa bikin bangkrut.
3. Parkir
Mamaku pasti kesal kalau ikut dalam perjalanan ini. Soalnya, Mamah paling suka parkir pas di depan tempat yang dituju. Dan itu sulit dilakukan di Eropa. Makin dekat jarak dengan pusat kota, tarif parkirnya akan makin mahal.
Tempat parkir di dekat Venesia, Italia, tarifnya mulai dari 20 euro sehari. Maka kami parkir di depan sebuah rumah kosong di Mestre, lalu naik bus 20 menit ke Venice.
Di Dubrovnik, Kroasia, parkir sangat sulit. Kalaupun ada, sehari harganya 220 kuna, atau hampir 30 euro (Rp 470 ribu). Kami sangat beruntung menemukan satu tempat di depan sebuah gedung perkantoran yang tidak bertanda parkir. Tapi cara ini agak deg-degan juga. Mobil ditinggalkan begitu saja di tempat asing tanpa penjaga, risikonya pasti besar. Karena itu saya biasanya membawa semua benda berharga. Nenad sih pede saja meninggalkan mobilnya seharian, dan memang tidak pernah terjadi apa-apa.
Di Ljubljana, Slovenia, akhirnya kami bayar parkir karena memang tidak berencana singgah lama. Untuk parkir 2 jam di dekat pusat kota, tarifnya 1,4 euro (Rp 20 ribu) dibayar di depan. Setelah hampir dua jam, kami masih asyik melihat-lihat dan akhirnya harus berlari-lari menuju mobil agar tak lewat waktu dan kena denda.
Di beberapa tempat, parkir gratis pada malam hari. Jadi kalau kami hangout di Nis, Serbia malam-malam, kami bisa parkir menempel ke alun-alun. Kalau siang hari, duh minggir agak jauh dulu lah ya.
4. Imigrasi kendaraan
Pada dasarnya semua mobil di Eropa boleh melintasi jalan darat ke negara Eropa lainnya. Syaratnya, kendaraan harus punya sejenis STNK yang masih berlaku, asuransi kendaraan, dan pengemudi harus punya SIM internasional. STNK dan asuransi akan selalu dicek di perbatasan, bersama dengan paspor. SIM, tidak selalu. Sepanjang perjalanan kami, tidak pernah ada petugas yang bertanya tentang SIM. Kecuali satu polisi di Serbia, karena Nenad melanggar lampu merah.
Masuk ke Turki, semua kendaraan asing harus didaftarkan. Petugas akan menempelkan stiker imigrasi di ujung kaca jendela. Paspor akan dibubuhi cap tambahan, keterangan bahwa orang itu datang dengan mobil bernomor polisi sekian. Cap ini cukup sekali saja, lain kali kalau datang lagi ke Turki tak perlu dicap.
Mobil tidak pernah diperiksa oleh bea cukai di perbatasan. Bahkan tidak juga dengan alat detektor pengecek mobil (yang bunyinya piiip) seperti di mal-mal Jakarta. Mudah sekali untuk menyelundupkan sesuatu, atau menyembunyikan imigran di bagasi. Tapi kata Nenad, kadang-kadang para petugas imigrasi itu melakukan cek acak pada bagasi dan barang bawaan. Terutama kalau kamu nampak mencurigakan.
NB: Saya melakukan perjalanan di musim panas, Agustus 2013. Harga-harga di atas adalah harga saat itu dan sangat mungkin berubah. Eropa yang dimaksud dalam tulisan ini adalah 5 negara eks Yugoslavia (Serbia, Bosnia, Kroasia, Montenegro, Slovenia), Italia, Bulgaria dan Turki.