Mengejar Jejak Penyu


Kapal kayu menjauh dari pulau

Kapal kayu itu buru-buru menyalakan mesin lalu melarikan diri dari pantai saat melihat kedatangan kami. Membaca gelagat itu kapal patroli yang kami tumpangi -bernama Pesut Berau- langsung mengejar kapal nelayan itu dan membunyikan klakson.

Saya menumpang Pesut Berau bersama Pakde Mbilung, Fany dan Adri. Kami sedang ikut patroli bersama petugas Kementrian Kelautan dan Perikanan dan Joint Marine Program The Nature Conservancy (TNC) dan WWF. Patroli ini rutin untuk memantau penyalahgunaan sumber daya perairan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Dua pria yang nampak dalam kapal kayu tersebut tak berhenti, mereka justru menambah kecepatan kapal kayu tersebut. Sedangkan Pesut Berau masih tak mampu berjalan cepat, karena perairan sekeliling pulau sangat dangkal dengan kedalaman kurang dari satu meter. Salah langkah, kapal bisa membentur karang.

Kapal kayu memanfaatkan kelemahan ini, lalu memutar pulau melalui perairan dangkal. Saat Pesut Berau bebas dari perairan dangkal, mereka sudah menghilang di horizon. Untunglah kapal kayu itu mengeluarkan asap tebal seperti bajaj sehingga mudah terpantau.

Pesut Berau meraung lalu melaju dengan kecepatan tinggi, menimbulkan ombak di lautan yang tenang. Saya dan Fany yang tak bisa berenang langsung berpegangan erat, takut terlempar dari kapal. Kejar-kejaran di laut pun tak terelakkan hingga akhirnya Pesut Berau berhasil menjejeri si kapal nelayan.

Tapi tiba-tiba, salah seorang anak buah kapal memekik. Dia mengenali pria gondrong yang mengemudikan kapal itu. Rupanya, pria itu seorang tamtama polisi yang tinggal di Pulau Maratua.


Kapal nelayan sudah dekat. .-

“Itu James. Polisi, tetangga saya di Maratua,’ kata salah seorang anak buah kapal. Dia meyakinkan tim DKP bahwa pria itu temperamental dan kemungkinan bersenjata.

Tim patroli ragu. Meski buruan sudah di depan mata, kapal urung mengejar. Tim DKP justru sepakat untuk memutar kembali ke pulau Belambangan. Pulau ini termasuk salah satu pulau terjauh yang tak berpenghuni, sempurna sebagai tempat penyu bertelur. “Padahal kami yakin kapal itu membawa telur penyu,” kata Budi, salah satu petugas Kementrian.

Dugaan menjadi kuat saat tim mendarat di pulau. Tim patroli menemukan peralatan yang biasa digunakan untuk mencari telur penyu, yakni karung, jaring dan tongkat besi pencari lubang di pasir.

“Polisi bukan lawan. Kami tak bisa menangkap polisi,” ujar Budi. Padahal, nelayan yang kedapatan menangkap spesies yang dilindungi -antara lain penyu dan telur penyu dapat dikenai sanksi sesuai Undang-Undang. Tapi…

65 Tahun Merdeka!

2 thoughts on “Mengejar Jejak Penyu

Leave a Reply to mawi wijna Cancel reply

Your email address will not be published.